Total Tayangan Halaman

Resep Makanan Batak

C A R I

Minggu, 26 Juni 2011

Kerugian Akibat Gempa Taput Rp. 7 Miliar

Tarutung, Sumut,

Kerugian akibat gempa berkekuatan 5,1 Skala Richter yang terjadi di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, pada pertengahan Juni lalu, diperkirakan mencapai Rp7 miliar.

“Angka pasti belum bisa dinyatakan. Sebab, kami sedang melakukan pendataan untuk menilai kerusakan akibat bencana tersebut,” ujar Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumut, Hidayat di Tarutung, Rabu.

Ia mengatakan, pihaknya sedang melakukan pendataan langsung di lokasi kejadian gempa, bekerjasama dengan Dinas PU serta tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dari Jakarta, guna mendapatkan angka kerugian yang pasti.

Menurutnya, perkirakan total kerugian berdasarkan data dari Dinas PU Cipta Karya harus divalidasi dulu, sebelum jumlahnya diumumkan.

Hidayat menyebutkan, asumsi kerugian seperti yang digambarkan Sekretaris Daerah Pemkab Tapanuli Utara, Sanggam Hutagalung dengan taksiran mencapai Rp7 miliar, kemungkinan jumlahnya bisa lebih besar, mengingat banyaknya gedung yang rusak parah..

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Taput, Tumbur Hutabarat menambahkan, kerugian terbesar juga akibat banyaknya rumah penduduk, tempat ibadah dan sekolah yang rusak serta beberapa titik jalan antar lintas Sumatera yang mengalami kerusakan.

“Dana untuk memperbaiki sarana infrastruktur maupun sekolah serta rumah ibadah termasuk membantu perbaikan rumah penduduk tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit jumlahnya,” katanya.

Data kerusakan sementara, menurutnya, yakni sebanyak 30 unit gedung sekolah yang rusak. Kerusakan berat terjadi pada 5 unit SD, 1 unit SMK HKI, 1 unit PAUD, TK serta gedung sekolah SMP Negeri 1, SMA Negeri 1 kecamatan Pahae Jae berikut bangunan laboratorium dan kantor guru.

Tumbur menyebutkan, 34 unit rumah ibadah mengalami rusak berat dan 2083 rumah penduduk yang mengalami rusak, dengan kerusakan berat sebanyak 225 unit, kerusakan sedang 75 unit serta kerusakan ringan 1783 unit.

Sarana perkantoran yang rusak, lanjutnya, Balai Benih Ikan, Kantor Camat, kantor Kepdes, Kantor Lurah, Kantor Polsek, masing-masing satu unit.

Kerusakan pada fasilitas umum, yakni 1 unit taman bacaan, kantor PLN, Balairung empat unit, MCK sepuluh unit, KCK Air Bersih (PNPM), kamar mandi umum masing-masing satu unit, dua unit jembatan, satu unit jembatan gantung dan titik ruas jalan.

“Sarana kesehatan yang rusak meliputi kerusakan berat yang dialami klinik Martondi dan Puskesmas serta rumah dinas Puskesma di kecamatan Pahae Jae,” kata Tumbur.




* Sumber : www.antarasumut.com *

Senin, 13 Juni 2011

Latar Belakang Pembentukan PROTAP ( PROPINSI TAPANULI )

Sesungguhnya, gagasan pemekaran Provinsi Sumut telah diajukan oleh anggota DPRD Sumut, ANP Situmorang, hampir 52 tahun lalu sekitar 1957. Ia mengusulkan Sumut dibagi tiga: satu provinsi untuk Tapanuli Selatan, Labuhan Batu, dan Asahan, dengan ibukota Labuhan Batu; satu provinsi untuk Nias, Tapanuli Utara, dan Simalungun, dengan ibukota Sibolga atau Pematang Siantar; dan satu provinsi untuk Deli Serdang, Karo, Langkat dan Medan, dengan ibu kota Medan.

Setelah sempat dihentikan semasa Gubernur Tengku Rizal Nurdin (2005), cita-cita pendirian Provinsi Tapanuli kembali dicetuskan oleh tokoh-tokoh dari sepuluh kabupaten di wilayah eks Karesidenan Tapanuli pada 2006, yang didukung sebagian tokoh nasional asal Tapanuli di Jakarta, baik tokoh politik maupun pengusaha. Sepuluh kabupaten/kota itu di antaranya Kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir, Samosir, Nias, Nias Selatan, Dairi, Pakpak Barat dan Kota Sibolga.

Panitia Pembentukan Protap kemudian disetujui dalam Kongres Masyarakat Tapanuli, 6 April 2002 silam, di Kota Tarutung. Selain dukungan menguat, sambutannya pun amat meriah. Sedikitnya hadir 40 ribu masyarakat yang berduyun-duyun datang dari 10 daerah kabupaten/kota yang direncanakan bergabung.

Dalam Laporan Tugas Tim Peneliti Kelayakan Pembentukan Provinsi Tapanuli, Oktober 2005 menyebutkan, munculnya keinginan pembentukan Provinsi Tapanuli didasarkan oleh beberapa hal yakni latar belakang sejarah bahwa wilayah Tapanuli yang merupakan eks Keresidenan Tapanuli yang pernah dibentuk Belanda.

Adanya keinginan percepatan pembangunan di wilayah Tapanuli dan Pantai Barat Sumatera Utara. Keinginan untuk mengelola daerah sendiri agar pemerintahan provinsi dipimpin oleh putra Tapanuli sendiri. Serta kemudahan birokrasi pemerintahan di wilayah Tapanuli.

Pembentukan Protap ini juga bertujuan untuk mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat. Masyarakat di pantai barat Sumatera Utara sangat jauh dari pelayanan publik yang terpusat di Medan, ibu kota Sumut. Orang sakit yang ingin mendapatkan pelayanan yang lebih baik, harus naik kendaraan sekitar 10 jam perjalanan baru sampai ke Medan. Akibatnya nyawa tidak bisa tertolong sebelum tiba di rumah sakit kota. Di samping itu, Protap juga bertujuan untuk memeratakan hasil pembangunan, akibat masih banyaknya daerah terpencil di pantai barat, atau di perbatasan dengan Aceh yang jauh tertinggal pembangunannya dibanding dengan daerah yang dekat kota.

Dengan alasan-alasan inilah, ketika timbul gagasan untuk pembentukan Protap, hampir semua pihak mendukung. Bahkan Gubernur Sumatera Utara Syamsul Arifin berani menandatangani persetujuan pemekaran Provinsi Tapanuli. “Dari 25 syarat yang diminta, sejumlah 23 syarat sudah dipenuhi. Jadi saya tandatangani,” kata Syamsul kepada wartawan seusai pertemuan tertutup dengan tim pencari fakta Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk kasus pemekaran Protap, (23/2) di Jakarta. Cuma tinggal satu yang mengganjal, tanda tangan dari Ketua DPRD Sumut Abdul Aziz Angkat yang tak kunjung keluar. Itulah sebabnya, ribuan massa pendukung pembentukan Protap mengamuk karena tidak sabar lagi nasibnya digantung-gantung terus.

KHAS: Rumah adat suku batak di provinsi Sumatra UtaraDi sisi lain, dalam perjalanannya, rencana pembentukan Protap ini menemui banyak kerikil besar. Pasalnya, warisan Belanda yang telah membuat wilayah Tapanuli dibagi dalam dua keresidenan yang dibentuk pada tahun 1915 tersebut, telah membuat karakter di dua wilayah keresidenan Tapanuli terpecah yaitu eks keresidenan Sumatra Timur dan Tapanuli.

Sehingga eks kedua keresidenan itu sulit untuk sepaham akan wacana pembentukan Protap. Kedua eks keresidenan Belanda tersebut lebih cenderung untuk memilih berdiri sendiri. Apalagi masyarakat Mandailing sudah mengusulkan pembentukan Provinsi Sumatera Tenggara yang mencakup wilayah dari pemekaran Tapanuli Selatan yakni Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Tapanuli Selatan (Tapsel), Padang Sidempuan, Padang Lawas Utara (Paluta), dan Padang Lawas (Palas), yang telah sampai ke meja DPRD Sumut pada tanggal 20 Januari 2009. Dan oleh DPRD setempat telah membentuk panitia khusus untuk menanggapi aspirasi masyarakat Tapsel untuk pembentukan Provinsi Sumatra Tenggara (Prosumteng).

Sementara Kota Sibolga sebelumnya sudah menarik dukungannya untuk Protap yaitu sesuai dengan Keputusan DPRD Sibolga No 15/2006 tentang pencabutan dukungan DPRD Kota Sibolga untuk bergabung dengan Provinsi Tapanuli. Dengan alasan, Tim Pemrakarsa Provinsi Tapanuli telah melecehkan pemerintah dan masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Kota Sibolga, dan Kota Padang Sidempuan. Sehingga masyarakat dan pemerintah, serta DPRD setempat menolak untuk bergabung.

Menurut Guru besar Antropologi Universitas Negeri Medan dan juga pengajar di Universitas Sumatera Utara (USU) Usman Pelly, pembentukan protap akan sulit dilakukan akibat dua kelompok besar masyarakat di daerah itu, telah berpisah budaya dan agama berabad-abad lalu sejak zaman kolonial Belanda. Pada awal abad 19, penjajah Belanda menjadikan wilayah Tapanuli sebagai benteng penolak pengaruh Islam di bumi Sumatera. Namun, upaya yang dilakukan Belanda itu tidak berhasil, karena upaya Islamisasi Pulau Sumatera juga gencar dilakukan masyarakat. Hal ini berujung pada terbelahnya struktur kependudukan masyarakat Tapanuli. Sebagian besar masyarakat di Tapanuli Utara memeluk agama Kristen. Sebaliknya, di Tapanuli Selatan sebagian besar penduduknya adalah Muslim.

Di antara mereka yang kontra terhadap Protap beranggapan, sebaiknya pemekaran tidak dilakukan. Mereka melihat pada daerah-daerah yang sudah dimekarkan tidak membawa perubahan yang signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan, namun malah timbul polemik lain yang dianggap menjadi beban masyarakat. Namun, di satu pihak lagi mengatakan pemekaran ini, hanya akan menimbulkan masalah baru. Yakni timbulnya persaingan antar suku. Dimana dalam perkembangannya, wilayah kabupaten/kota yang telah dimekarkan cenderung bernunsa kesukuan.

Rizal Nurdin (alm) semasa menjabat sebagai gubernur Sumut memandang wacana yang dikembangkan dalam ide pemekaran itu sangat identik dengan nama etnik di Sumut. Keadaan ini secara psikokultural bisa menjadikan wilayah tertutup bagi etnik lain di wilayah Tapanuli. Apalagi dari sisi agama, wilayah kabupaten dan kota dalam rencana Provinsi Tapanuli didominasi agama tertentu. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan resiprokal, saling membalas, kepada daerah-daerah lain di luar wilayah rencana Provinsi Tapanuli. Makanya ada penolakan bergabung dari Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Mandailing Natal dan Kota Padang Sidempuan.

Dalam pandangan Rizal, pembagian wilayah seperti itu akan berimplikasi pada tiga hal, yakni kecenderungan menguatnya aspirasi politik untuk membentuk kabupaten baru berdasarkan sentimen kesukubangsaan. Hal mana misalnya terjadi pada pembentukan Kabupaten Toba (sub-etnis Toba), Kabupaten Humbang-Hasundutan (sub-etnis Humbang), dan Kabupaten Samosir (sub-etnis Samosir) yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara (sub-etnis Silindung), Kabupaten Pakpak Bharat (sub-etnis Pakpak), pemekaran dari Kabupaten Dairi (didominasi Toba dan Karo), Kab. Mandailing-Natal (sub-etnis Mandailing), pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan (sub-etnis Sipirok-Angkola), dan seterusnya. Dengan anggapan ini, ada upaya untuk mengerdilkan atau dikerdilkannya kelompok tertentu.

Pendapat dari kalangan yang kontra terhadap pembentukan Protap ini tidak bisa sepenuhnya diterima kalau melihat dalam kenyataannya, suku-suku Batak yang ada di Sumatra Utara termasuk suku yang paling terbuka akan masuknya suku-suku lain. Dimana tidak pernah timbul kericuhan yang mengarah pada konflik SARA. Provinsi yang terdiri dari berbagai etnis di luar etnis batak seperti Melayu, Jawa, Tionghoa, India dapat hidup berdampingan dengan rukun dan damai.

Etnis Tionghoa yang pada jaman Orde Baru mendapat pengawasan dari pemerintah, terutama dalam berbahasa China, di Sumut mereka tetap bebas melakukannya. Dari segi budaya batak, isu SARA itu bisa ditangkal dengan adat yang masih kental di daerah ini. Budaya Batak yang kuat dengan falsafah hidup “Dalihan Natolu” yang pada hakekatnya inti dari falsafah ini adalah saling menghormati satu sama lain. Tidak melekatnya sistem kemasyarakatan, seperti adanya golongan ataupun tingkatan-tingkatan seperti di India dengan kasta, atau seperti pada masa-masa kerajaan Jawa dengan golongan darah biru dan sebagainya. Falsafah hidup orang batak, meletakkan suatu dasar yang kuat bagi semua pihak, bahwa semua sama dengan tetap berpegang sesuai dengan fungsinya dalam falsafah yang dianut tersebut.

Dua tokoh asal Sumatera Utara (Sumut), TB Silalahi, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) dan Letjen (Pur) Luhut Panjaitan, mantan Menperindag menolak adanya isu SARA di balik pembentukan Protap. TB Silalahi sangat menyesalkan munculnya isu-isu yang tidak proporsional, yang mengatakan seolah-olah pembentukan Propinsi Tapanuli diisukan sebagai Provinsi Kristen. Karena sejak bertahun-bertahun di kawasan Tapanuli itu hubungan antara umat beragama pun berlangsung dengan sangat baik dan sangat kondusif, tegasnya.

Sedangkan Luhut Panjaitan mengaku mendapat informasi bahwa penolakan Protap dikaitkan dengan isu SARA. Alasan itu dia nilai mengada-ngada karena orang Batak merupakan etnis yang paling demokratis. Dia mencontohkan dengan tidak pernah adanya dalam sejarah, masjid dibakar di Tapanuli.

Hal senada juga diungkapkan anggota DPR Panda Nababan yang membantah, pembentukan Protap ini karena ada sentimen etnis atau agama. Dia juga menolak anggapan karena selama ini kurang diberi peran di Sumut. “ Buktinya, selama ini kan banyak dari Batak Toba. Ada Gubernur yang Kristen juga seperti Tambunan. Ini adalah masalah kesejahteraan. Tapanuli adalah satu-satunya keresidenan di Sumatera yang belum menjadi provinsi,” kata Panda. BS (Berita Indonesia 65)

Kamis, 09 Juni 2011

SEKILAS MENGENAI TARUTUNG ATAU RURA SILINDUNG

TARUTUNG

TARUTUNG Merupakan pusat pemerintahan di Kabupaten Tapanuli Utara,dimana Tarutung disamping menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara tetapi juga sebagai ibukota dari Kabupaten Tapanuli Utara. Sungai Sigeaon membelah tarutung. Di tengah-tengah Kota Tarutung terdapat sebuah Sungai Sigeaon (Aek Sigeaon) yang membelah 2 kota Tarutung, di tanggul (Bronjong) sungai ini kita dapat menemukan kedai-kedai kecil yang menjajakan makanan yang beraneka ragam. Tempat ini juga sering dijadikan menjadi tempat nongkrong/berkumpul anak-anak muda tarutung.
Dari bronjong ini juga kita dapat menikmati pemandangan alam ke Dolok Siatas Barita dan Dolok Martimbang, jika di Dolok Siatas Barita kita akan melihat Salib Kasih maka di Dolok Martimbang kita akan melihat sebuah pemancar televisi yaitu pemancar TVRI.




SOPO PARTUNGKOAN
Di Tarutung kita juga dapat menemui sebuah gedung kesenian (Sopo Partungkoan) bentuknya seperti rumah adat batak. Sopo Partungkoan pernah mengalami pemugaran secara total akibat dari kebakaran yang sangat mengejutkan masyarakat Tarutung.
Sopo Partungkoan ini diapit 2 gedung pemerintahaan, di kanan Sopo Partungkoan ini terdapat Gedung DPRD Taput dan di kiri Gedung Badan Kepegawaian.
Di depan Sopo Partungkoan kita dapat menemukan sebuah sumur yang konon ceritanya di sumur inilah tempat pemandian Raja Sisingamangaraja XII.
Dan tidak jauh dari Sopo Partungkoan ini terdapat sebuah Pohon Durian (Tarutung) yang diyakini sebagai asal mula Rura Silindung berubah nama menjadi Tarutung. Tapi sangat disayangkan sekali, pohon durian yang sudah ratusan tahun ini tidak pernah mengalami perawatan dari pemerintah, pohon ini hanya dijadikan tempat orang-orang yang sedang kebelet saja, sampai-sampai baunya sangat menyengat sekali. Padahal tidak jauh dari Pohon durian ini, kediaman Bupati Tapanuli Utara sudah dapat kita temukan.
Disaat memasuki area dari kota Tarutung, kita akan menjumpai sebuah Tugu Perjuangan 1945. Tugu ini menampilkan patung seorang ibu-ibu yang sedang membawa bakul dan membawa putranya serta seorang pejuang yang memegang bambu runcing dan ikat kepala merah putih. Di tugu ini juga terdapat beberapa ukir-ukiran yang menceritakan perjuangan masyarakat dalam memerangi penjajahan Belanda.


RSU SWADANA

Daerah yang pertama sekali kita dapatin adalah Naheong, di daerah ini juga kita dapat menemukan RSU Swadana Tarutung, satu-satunya Rumah Sakit yang ada di kota ini.
Naheong merupakan jalan masuk ke Desa Siualuompu, suatu desa yang lumayan banyak menghasilkan bibit-bibit pemain bola muda di kota Tarutung. Di desa ini juga kita dapat menemukan salah satu pengrajin kacang Sihobuk bermarga Manalu.
Menyusuri kota Tarutung tidaklah ruwet dan capek, karena kita langsung berada di Jl.Sisingamangaraja yang merupakan salah satu jalan besar yang ada di Tarutung. Di Jl.Sisingamangaraja ini kita dapat menemukan toko-toko buka, Kantor Pos Tapanuli Utara, studio-studio photo, dan tentunya gedung DPRD dan Gedung Kesenian (Sopo Partungkoan), sampai kita tiba di persimpangan 4 ditandai dengan Tugu Jam yang bermotif dengan rumah batak.


SIMPANG EMPAT TARUTUNG

Di persimpangan ini juga sangat banyak anak-anak sekolah nongkrong sepulang sekolah sekalian untuk menunggu angkot Aek Mual dan Silindung baik mereka yang mau pulang ke Sipoholon, Parbubu, Hutabarat, dll.




AIR SODA (AEK RARA)

Selain mempunyai Salib Kasih sebagai objek wisata, tarutung juga memiliki sebuah lokasi pemandian yang tiada duanya yaitu Air Soda atau lebih dikenal dengan Aek Rara yang terletak di Desa Parbubu.
Pemandian ini memang sangat asing, rasa airnya memang soda pekat yang bila kita menelan airnya akan terasa sakit di hidung dan pedih di mata. Di dalam kolam pemandian ini apabila sedang mandi orang-orang tidak boleh mengucapkan kata-kata kotor karena itu merupakan hal yang sangat tabu.
Dengan hamparan sawah, alam yang sejuk, udara yang segar dan pemandangan yang sangat indah ke Dolok Siatas Barita, kita juga dapat melihat Salib Kasih dari lokasi pemandian ini.
Lokasi pemandian ini sangat banyak dikunjungi terutama di hari libur, baik itu masyarakat yang tinggal di daerah itu sendiri dan juga orang-orang yang sengaja datang untuk menikmati pemandian air soda dari daerah-daerah lain. Rasanya tidak akan klop datang ke tarutung kalau tidak mandi di Aek Rara maupun Air Soda ini.


ULOS BATAK

Kain khas yang dapat kita temukan di tarutung adalah Ulos Batak. Ulos batak di kota tarutung masih dikerjakan dengan tenun tangan. Masyarakat Tarutung masih lebih memilih menggunakan alat tradisional dalam melakukan pekerjaannya. Namun sangat disayangkan karena beberapa jenis dari ulos batak sudah mulai punah atau tidak di tenun lagi karena ulos tersebut tidak lagi laku jika dijual.


KACANG SIHOBUK

Kacang garing Sihobuk merupakan salah satu ciri khas dari kota Tarutung yang dapat kita jadikan sebagai oleh-oleh. Jangan pernah katakan kepada orang-orang kalau anda baru tiba atau baru melakukan perjalan dari kota Tarutung jika anda tidak membawa kacang sihobuk, karena teman anda kurang mempercayai cerita itu. Para perantau dari kota Tarutung juga akan sangat malu jika pulang ke perantauannya tanpa membawa kacang Sihobuk.
Kita tidak perlu mengeluarkan uang yang banyak untuk membeli kacang Sihobuk, kacang ini tersedia dengan berbagai ukuran yang harganya masih dapat dijangkau masyarakat ekonomi menengah kebawah.

Jangan pula lupa untuk menyisakan waktu, untuk menikmati pemandian air panas (Aek Rangat) di Sipoholon maupun di Hutabarat. Seperti pemandian air soda, pemandian air panas Sipoholon dan Hutabarat juga mempunyai daya tarik yang istimewa.
Tapi sangat disayangkan sekali, Pemkab Taput tidak memberdayakannya semaksimal mungkin. Kalau menurut saya pemandian ini dapat terkenal bukan karena promosi dari Pemkab Taput tetapi karena lokasi pemandian air panas ini, terutama pemandian air panas Sipoholon memiliki lokasi yang sangat startegis yaitu berada di jalur lintas sumatera.

HORAAASSSSSSSSSSSSS....

Sabtu, 04 Juni 2011

Samosir, Kabupaten Bervisi Pariwisata

JAKARTA, KOMPAS.com — Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, bisa dibilang satu dari sedikit kabupaten di Indonesia yang bervisi pariwisata sebagai sektor ekonomi. Kabupaten Samosir merupakan kabupaten berusia muda, baru ada sejak 2004, hasil pemekaran Toba Samosir.

"Kami menganalisa potensi dan kondisi kami. Hasilnya, untuk mengembangkan ekonomi, satu-satunya lewat sektor pariwisata karena modalnya ada," ungkap Bupati Samosir Mangindar Simbolon kepada Kompas.com di sela-sela acara Gebyar Wisata & Budaya Nusantara di JCC Jakarta, Kamis (26/5/2011).

Modal tersebut adalah alam, budaya, dan lingkungan. Menurut Mangindar, alam Samosir sangat indah. Dari sisi budaya, lanjutnya, Samosir penuh peninggalan suku Batak karena Samosir adalah asal muasal suku Batak.

Dari faktor lingkungan, Samosir cocok untuk olahraga paralayang dan olahraga air. Apalagi Pulau Samosir terletak di tengah Danau Toba. Danau Toba adalah air tawar terluas di Asia Tenggara.

"Kedalaman rata-rata 500 meter. Paling dalam bisa 900 meter. Jadi, banyak olahraga air bisa dikembangkan di sana. Berenang sampai menyelam," ungkap Mangindar. Menurut dia, untuk wisata petualangan seperti cross country dan extreme trail-mania juga cocok serta berskala internasional.

Ia menuturkan, masyarakat Kabupaten Samosir sebenarnya memiliki semangat dan siap menjadi kabupaten bervisi pariwisata.

"Pariwisata di Danau Toba sudah mulai sejak 1970-an. Ini industri pariwisata yang terjadi secara alamiah. Harus kami akui memang masih sebatas semangat," ungkap Mangindar. Ia menambahkan, masyarakat masih perlu ditingkatkan kesadarannya walaupun mereka sudah setuju untuk mengembangkan pariwisata di daerahnya.

"Misalnya salah satunya keramahan itu saya akui harus dibenahi. Mereka keras karakternya walaupun secara pribadi baik. Tetapi kesan pertama itu penting. Casing perlu disesuaikan," jelasnya.

Karena mayoritas masyarakat beragama Kristen, pendekatan lainnya adalah melalui para tokoh agama. "Mengaitkan sadar wisata, yaitu seperti kebersihan dan keramahan, itu juga sebenarnya bagian dari iman," katanya.

Selain itu, kata Mangindar, secara jangka panjang pihaknya memasukkan pariwisata dalam muatan lokal sekolah. "Kita ubah sedikit kebiasaan itu agak susah. Karena itu, sejak kecil dimasukkan nilai-nilai itu. Kami juga mendirikan SMK di bidang pariwisata. Sekolah ini baru tiga tahun. Tahun ini tahun pertama lulusannya," katanya.

Kabupaten Samosir akan mengandalkan pariwisata dan agrobisnis. Mangindar menuturkan, pariwisata memang baru berdampak jangka panjang.

"Jangka pendeknya pertanian. Pertanian juga bisa jadi ikon pariwisata, tetapi harus dibuat lebih ramah lingkungan. Kami dorong mereka dengan memberikan bantuan pupuk organik," katanya.

Pengembangan wisata lainnya adalah dengan dibentuknya desa wisata. Namun Mangindar mengakui saat ini desa wisata masih dalam tahap percontohan.




- Disadur dari Kompas.com -